Selasa, 20 Mei 2014

Tuhan Merindukanmu

Senang sekali saya dapat menjumpai saudara saat ini, apa kabar? Saya berharap saudara dalam keadaan benar-benar baik dan berbahagia. Jika saudara sedang dalam keadaan tidak baik, mungkin karena saat ini saudara tengah mengalami banyak masalah dan dukacita. Saya sungguh berharap ketika saudara selesai mendengar renungan ini, kiranya saudara akan diberkati, sebab apa yang akan saya sampaikan adalah suatu harapan yang tidak mengecewakan, suatu kepastian yang terang, kabar baik buat saudara, kabar yang benar-benar baik.

Saudaraku, tahukah saudara bahwa Tuhan begitu merindukanmu? Jika saudara mau menyediakan hati, sesungguhnya Dia begitu dekat, sehingga saudara dapat merasakan hadirat-Nya. Ya ….sungguh Dia berada dekat dengan saudara dan saya. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi hati tentang apa yang Tuhan rasakan di hatiNya mengenai saudara, yang begitu dikasihi-Nya.

Pernahkah saudara merasakan rindu yang amat sangat terhadap seseorang? Jika orang yang saudara rindukan itu masih dapat dijangkau pasti saudara segera menemuinya. Paling tidak saudara dapat mengangkat telepon atau mengirimkan sms. Tetapi jika orang yang kita rindukan telah meninggal dunia, kita hanya dapat mengenangnya dan memandangi fotonya, sambil berharap suatu hari kelak kita akan berjumpa dengannya, di dalam kekekalan. Sesungguhnya jiwa manusia itu kekal, jadi sekalipun orang yang kita kasihi telah kembali kepada Tuhan, jiwanya tetap dapat merasakan kerinduan.

Saya tengah mengalami perasaan rindu yang begitu mendalam karena saya harus berpisah dengan ibu saya, yang baru saja dipanggil Tuhan. Saya hanya dapat menangis di hadapan Tuhan.

Rupanya Tuhan ingin mengajari dan mengijinkan saya merasakan apa yang juga pernah Dia rasakan, yaitu tentang kerinduan dan arti sebuah perpisahan. Apa yang dikatakan Tuhan di dalam firmanNya, bahwa Ia adalah pribadi yang dapat merasakan segala kelemahan kita, memang begitu adanya. Dia bukan hanya Tuhan yang dapat memandang hati saudara dengan berjuta belas kasihan, namun Ia juga adalah Tuhan yang pernah menjadi manusia, dan mengalami apa yang kita alami. Saat itu Dia pun dapat merasakan penderitaan dari rasa rindu dan keterpisahan. Saya benar-benar merintih, mengalami suatu emosi yang dalam, dan saya seolah dapat merasakan, betapa hancurnya hati Bapa, tatkala Dia harus merelakan Anak-Nya, terpisah dari diri-Nya. Sebab selama ini Bapa dan Yesus selalu bersama dalam kekekalan, bahkan ketika Yesus harus menjadi manusia Ia tidak pernah terpisah dari BapaNya. Namun ketika Dia disalibkan dan meregang nyawa dengan berkata, “Eloi, eloi, lama sabakhtani?” Allahku, Allahku mengapa Engkau tinggalkan aku? Itu adalah saat yang begitu mengharukan, karena Yesus harus mengalami keterpisahan dengan BapaNya. Bapa yang maha kudus, tidak dapat melihat anakNya yang telah menjadi dosa. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah,” demikian 2 Korintus 5:21. Mata Bapa terlalu suci untuk menyaksikan semua itu, sehingga Dia harus meninggalkan AnakNya yang Dia kasihi.

Saudaraku yang dikasihi Tuhan, hari ini pun suatu dukacita, perasaan kerinduan yang dalam, serta keinginan yang begitu kuat, tetap ada di dalam diri Tuhanmu. Untuk waktu yang begitu lama, Dia harus menunggu, sama seperti kisah di dalam Lukas 15, tentang seorang bapa yang menanti anaknya pulang ke rumah, setiap hari ia memandang jauh ke jalan, dan menanti apakah anaknya akan kembali.

Saudaraku, izinkan saya bertanya kepadamu, apakah selama ini saudara mengembara jauh dari hadapan Tuhan? Apakah saudara terhilang dari pandangan-Nya, karena saudara hidup dalam dosa? Apakah selama ini, permasalahan yang saudara hadapi, atau gaya hidupmu, atau pergaulanmu, membuatmu semakin jauh dan terhilang dari hadapan-Nya? Bagaimanapun keadaanmu, seburuk apapun kubangan dosa yang saudara arungi, tidak ada dosa yang tidak dapat Dia ampuni, asalkan saudara mau sungguh-sungguh kembali kepada-Nya.

Mungkin saudara merasa tidak layak. “Bagaimana mungkin Tuhan mau menerimaku? Keadaanku sudah begitu kotor! Aku telah tersesat begitu jauh.” Saudaraku, bila saudara begitu lelah dan penuh dengan beban berat, maukah saudara berhenti sejenak dan berpikir seperti anak yang hilang, lalu memutuskan untuk kembali? Karena ia tahu bahwa bapanya pasti akan menerimanya.

Hari ini saya merasakan kerinduan Tuhan yang begitu mendalam, suatu penantian yang panjang, kasih yang begitu besar yang ingin Dia lampiaskan. TanganNya selalu terbuka. Apakah saudara menyadari bahwa Dia begitu rindu dan ingin memelukmu dalam pelukan kasih-Nya, dan merasakan seluruh beban di hatimu, untuk kemudian Dia mengangkat beban itu dan membersihkanmu, memberimu jubah yang baru dan bersih, menyematkan cincin di jarimu, dan kemudian mengadakan pesta besar untuk merayakan kedatanganmu kembali?

Saya tahu bahwa ada seseorang yang mau kembali hari ini, apakah orang itu adalah engkau, saudaraku? “Mari, semua yang letih lesu dan berbeban berat, datanglah kepadaKu, Aku akan memberi kelegaan kepadamu,” firman Tuhan. Pandanglah Tuhanmu yang penuh kasih, kembalilah kepada-Nya, saudaraku. Ia tidak jauh, bahkan begitu dekat denganmu. Di manapun saudara berada, Bapa yang penuh kasih menantikan saudara untuk kembali. Mari datanglah, rasakan pelukan-Nya, Dia tidak pernah menolakmu. Yesus begitu mengingini engkau, saudaraku. Terimalah kasih-Nya, penuhilah kerinduan-Nya,

Di akhir dari pertemuan kita ini, taruhlah tangan saudara di dada, Di sini hanya ada saudara, saya dan Tuhan. Saya ingin berdoa bagi saudara sekarang.

“Bapa, kami datang kepada-Mu dengan segenap hati. Aku berdoa untuk saudaraku yang pada saat ini, ingin kembali kepada-Mu. Raih dan peganglah tangannya, angkatlah dan dekaplah dia. Tuhan, Engkau melihat hatinya yang paling dalam, angkatlah segala beban dosa yang begitu berat, dan jamahlah saudaraku ini.

Saudaraku, sekarang terimalah kuasa Roh Kudus yang sanggup menyembuhkan segala luka di hatimu. Rasakanlah jamahan-Nya yang memulihkan jiwamu. Turunlah kiranya damai sejahtera yang melampaui segala akal dan pikiranmu.
Di dalam nama Yesus, Pribadi yang penuh kasih, aku berdoa. Amin.”

Tuhan memberkati


Ev. Rini Koesdyanto

***
Jika saudara memerlukan konseling lebih lanjut, silakan hubungi penulis di 0852 1557 0123

Tidak ada komentar:

Posting Komentar